Minggu, 18 September 2011

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI


A.  Proses Pembentukan Muka Bumi

Muka bumi berupa relief, bentuk permukaan tidak rata. Bentuk  relief muka bumi disebabkan oleh :
1.   Tenaga endogen
Tenaga Endogen adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Tenaga endogen menggerakkan kulit bumi. Tenaga endogen dapat mengangkat kulit bumi melebihi permukaan laut, yang kemudian menjadi daratan. Tenaga endogen memiliki sifat membangun maka disebut juga tenaga konstruktif

Tenaga Endogen sebagai pembentuk muka bumi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.   Tektonisme (diatropisme)
b.   Vulkanisme
c.   Seisme (gempa)

a.   Tektonisme (diatropisme)
Tenaga endogen yang menyebabkan bergesernya letak lapisan kulit bumi baik secara mendatar (horisontal) maupun secara tegak – atas-bawah (vertikal)

      Tektonisme menghasilkan dua macam gerak yaitu:
1)   Gerak Epirogenetik
      2)   Gerak Orogenetik

1)   Gerak Epirogentik,
Yaitu gerakan pada lapisan bumi yang meyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang berlangsung sangat lambat, serta gerakannya meliputi wilayah yang sangat luas.
      Gerakan  Epirogenetik disebut juga tenaga pembentuk benua.
Gerakan Epirogenetik pada umumnya tidak menimbulkan lipatan atau retakan pada kulit bumi, namun gerakan ini dapat menggeser sebuah benua

2)   Gerak Orogenetik, yaitu gerakan pada lapisan kulit bumi yang menyebabkan pengangkatan dan penurunan permukaan bumi yang berlangsung relatif cepat.
      Gerak ini juga dapat menimbulkan gempa.
Gerak orogenetik disebut juga tenaga struktural.
        
      Gerak Orogenetik menyebabkan menyebabkan terjadinya
a)   Lipatan
b)   patahan/ retakan

a)   Lipatan
      Bentuk lipatan terjadi karena adanya tekanan horizontal maupun vertikal pada kulit bumi yang bersifat liat, sehingga kulit bumi mengalami pelengkungan.

Bagian-bagian pada lipatan:
1)   Antiklinal
Bagian lipatan yang lebih tinggi dari bagian lainnya.
Disebut juga Punggung Lipatan

2)   Sinklinal
Bagian lipatan yang lebih rendah dari bagian lainnya
Disebut juga Lembah Lipatan

Bentuk-bentuk lipatan
1)   Lipatan Tegak (Lipatan Normal)
Bentuk lipatan kulit bumi yang cenderung simetris, karena mendapat tekanan yang sama dari dua arah
2)   Lipatan Miring
Bentuk lipatan kulit bumi yang cenderung tidak simetris, karena mendapat tekanan yang berbeda dari dua arah.
3)   Lipatan Menggantung
Bentuk lanjutan dari lipatan miring karena mendapat tekanan yang sangat kuat dari salah satu arah terus menerus
4)   Lipatan Rebah
Bentuk lipatan yang mempunyai kemiringan  yang sangat tajam, bahkan mendekati sejajar dengan lapisan yang datar





5)   Dome (Kubah)
Bentuk lipatan kulit bumi naik (antiklinal) yang melingkar menyerupai kubah atau berupa gundukan.



6)  Basin (Ledokan)
Bentuk lipatan kulit berbentuk cekungan (sinklinal) melingkar.

b)   Patahan
      Bentuk patahan terjadi karena adanya tekanan horizontal maupun vertical pada kulit bumi yang bersipat rapuh (getas), seperti batuan kapur.


Bagian-bagian Patahan
1)   Graben atau Slenk
yaitu patahan yang bergerak turun,
atau bagian patahan yang lebih rendah dari bagian patahan lainnya

2)   Horst
yaitu patahan yang bergerak naik,
atau bagian patahan yang lebih tinggi dari bagian patahan lainnya



b.   Vulkanisme
Vulkanisme adalah Tenaga endogen yang menyebabkan magma naik kepermukaan bumi..
Vulkanisme dapat juga diartikan segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung berapi
atau proses naik dan keluarnya magma kepermukaan bumi.

Gerakan magma itu terjadi karena magma mengandung gas yang merupakan sumber tenaga magma untuk menekan batuan yang ada di sekitarnya.

Magma adalah cairan batuan, kental, sangat panas serta berpijar.  Magma terletak didalam dapur magma pada litosfer (lapisan kulit bumi).
Magma  terdiri dari berbagai mineral dan gas yang terlarut di dalamnya.

Magma terjadi akibat adanya tekanan di dalam bumi yang amat besar, walaupun suhunya cukup tinggi, tetapi batuan tetap padat. Jika terjadi pengurangan tekanan, misalnya adanya retakan, tekanannya pun akan menurun sehingga batuan tadi menjadi cair pijar atau disebut magma.

Karena adanya tenaga endogen, litosfer mengalani keretakan dan  menyebabkan sejumlah bahan dari dalam lapisan selubung bumi menerbos kedalamnya. Penerobosan materi selubung tidak seluruhnya dapat menembus sampai kepermukaan, pada umumnya tertahan didalam litosfer membentuk dapur magma.

Magma yang tertahan didalam dapur magma pada lapisan litosfer  akan menimbulkan tekanan ke atas permukaan bumi, hingga terbentuk kubah (Dome)

Magma bisa bergerak ke segala arah, bahkan bisa sampai ke permukaan bumi. Jika gerakan magma tetap di bawah permukaan bumi disebut intrusi magma. Sedangkan magma yang bergerak dan mencapai ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan gunung api atau disebut juga vulkan.

Proses penerobosan magma ke permukaan bumi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1.   Intrusi Magma (atau disebut plutonisme)
Intrusi magma adalah proses penerobosan magma didalam lapisan batuan tetapi tidak mencapai ke permukaan bumi.

Hal ini berarti intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun yang perlu diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan.
     
Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut juga plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
a)      Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai akibat penurunan suhu yang sangat lambat.
b)      Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
c)      Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di antara lapisan batuan.
d)      Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.
e)      Apofisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil.
f)       Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder, mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.



2.   Ekstrusi Magma
Ekstrusi magma adalah proses penerobosan magma mencapai permukaan bumi dan membentuk gunung api.
Ekstrusi terjadi bila magma mendapat tekanan gas yang cukup kuat dan ada retakan pada kulit bumi.
Jadi ekstrusi magma adalah proses keluarnya magma ke permukaan bumi.
Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api.
Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan. Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan.

Peristiwa keluarnya magma ke permukaan bumi disebut erupsi.

Jenis-jenis erupsi magma
Berdasarkan lubang tempat terjadinya, erupsi dibagi dalam tiga macam, yaitu:
a.       Erupsi Linier,
yaitu magma keluar melalui retakan kulit bumi yang berbentuk memanjang, sehingga membentuk kerucut memanjang. Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

b.       Erupsi Areal,
yaitu magma keluar meleleh pada permukaan bumi karena letak dapur magma sangat dekat dengan permukaan bumisehingga membentuk kawah gunung api yang sangat luas. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km persegi.

c.       Erupsi Sentral, yaitu magma keluar melalui lubang di permukaan bumi dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain

Berdasarkan proses keluarnya magma, erupsi magma dibagi menjadi tiga jenis.
1)   Erupsi eksplosif, letusan sangat kuat akibat tekanan gas magma dan menyemburkan bahan-bahan vulkanik yang padat dan cair
2)  Erupsi efusif, letusan gunung api, mengeluarkan lava
3)   Erupsi campuran, letusan yang terjadi selang-seling antara eksplosif dan efusif.

Tipe-tipe Gunung Api
1.   Gunung Api Perisai (Prisma)
Gunung api tipe perisai bentuknya landai sehingga mirip tameng atau perisai.
Terbentuk karena magma yang keluar (lava) sangat cair, tekanan gas rendah dan dapur magma sangat dangkal.
Sudut kemiringan gunung api perisai antara 10 - 100

2.   Gunung Api Maar (Corong/ Kubah)
Gunung  api Maar memiliki kawah yang lebar.
Terbentuk karena letusan (eksplosif) yang kuat sehingga menghancurkan bagian permukaan dan membentuk corong pada kawahnya. Gunung Bromo (Tengger), Danau Kawah Klakah di Gunung Lamongan, serta Danau Toba.

3.   Gunung Api Strato (Kerucut)
Gunung api ini mempunyai bentuk kerucut, yang terkesan tinggi.
Terbentuk karena letusan dan lelehan secara bergantian terus menerus sehinga lerengnya berlapis-lapis.
Sebagian besar gunung api yang ada di Indonesia berbentuk kerucut.

Fenomena alam pasca vulkanik
Beberapa fenomena alam pasca vulkanik sebagai berikut.
a)   Mata air panas (air thermal) dan air mineral
      Jenis air ini banyak dimanfaatkan sebagai sumber air mineral yang dikonsumsi dalam bentuk kemasan yang telah banyak dijumpai di depot air isi ulang atau dijual bebas. Mata air yang terkenal antara lain mata air panas Baturaden di Purwokerto, Ciater di Bandung, dan Sangkanhurip di Kuningan.

b)   Sumber gas (ekskalasi)
      Sumber gas ini dapat keluar dalam bentuk sebagai berikut.
1)   Solfatar, yaitu sumber gas belerang.
      Kenampakan ini banyak dijumpai di kawah-kawah puncak gunung api yang masih aktif. Misalnya, di kawah puncak Gunung Bromo dan kawah puncak Gunung Merapi DIY.

2)   Fumarol, yaitu sumber gas uap air.
      Sumber gas ini sama seperti solfatar. Fumoral dapat dijumpai pada gunung api yang masih aktif.

3)   Mofet, yaitu sumber gas asam arang.
Sama seperti fumarol dan solfatar, mofet juga dapat dijumpai pada gunung api yang meletus. Mofet dan belerang merupakan

dua gas yang berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan kematian.

c)   Mata air geyser
      Mata air geyser ditemukan di daerah vulkan aktif.
      Geyser merupakan mata air tanah yang memancar sewaktu-waktu dalam celah  batuan atau bekas kantong magma akibat dorongan gas dari dalam. Geyser tidak akan nampak jika kandungan air tanah pada daerah tersebut habis, namun pada saat terisi air akan muncul kembali. Fenomena ini dapat kamu jumpai di Plato Dieng Jawa Tengah.

Penyebaran Pegunungan dan Gunung Api
Secara garis besar, terdapat dua rangkaian pegunungan.
1.   Sirkum Mediteran, berawal dari Pegunungan Atlas, Yura, Alpen (Eropa), Kaukasus, Himalaya (Asia), tenggelam dan muncul sebagai pulau-pulau di Kep. Andaman, tenggelam dan muncul sebagai Pegunungan Bukit Barisan, pegunungan di Pulau  Jawa, Bali, NTB, NTT, dan berakhir di Kep. Maluku.

2.   Sirkum Pasifik, rangkaian pegunungan yang berawal dari   Pegunungan Cordileras De Los Andes (Amerika Selatan), Rocky, Sierra Madre (Amerika Utara), tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Kep. Jepang, tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Kep. Filipina, tenggelam dan muncul sebagai pegunungan di Pulau Sulawesi, dan berakhir di Kep. Maluku.

c.   SEISME (GEMPA)
Seisme atau Gempa bumi adalah getaran yang terjadi pada lapisan kulit bumi (litosfera) yang bersumber dari lapisan litosfera bagian dalam. Hentakan tersebut lalu dirambatkan pada litosfera dan kemudian ke permukaan bumi.
Alat untuk mencatat gempa disebut seismograf.

Gempa bumi berdasarkan faktor penyebabnya dibedakan sebagai berikut.
1)      Gempa tektonik, yaitu gempa yang mengiringi gerakan tektonik (retakan dan patahan) secara mendadak.
Ini terjadi jika terbentuk patahan-patahan baru atau terjadi pergeseran di sepanjang patahan akibat aktivitas di dalam kerak bumi. Sebagian besar gempa yang terjadi di bumi merupakan gempa tektonik.
Di Indonesia pergerakan kulit bumi sering terjadi di daerah bagian barat, seperti Sumatera, selatan Pulau Jawa hingga Timor. Jalur wilayah ini merupakan jalur yang rawan dengan gempa bumi.
Gempa bumi tektonik yang bersumber di dasar laut, biasanya diikuti dengan gelombang besar (tsunami). Semakin besar gempa bumi semakin besar pula kemungkinan timbul tsunami.
Untuk itu bagi kamu yang berada di kawasan pantai atau tinggal di pantai, bila terjadi gempa bumi segeralah menghindar dari pantai, carilah tempat
yang lebih tinggi. Tsunami yang pernah terjadi di Alor, Jawa Timur, dan NAD berlangsung kurang dari setengah jam setelah terjadinya gempa bumi.

2)      Gempa vulkanik, yaitu gempa yang terjadi karena letusan gunung berapi. Gempa vulkanik terjadi sebelum dan selama letusan gunung terjadi. Biasanya getaran yang ditimbulkan hanya terdapat di sekitar gunung api saja, untuk tempat yang jauh sekali dari gunung api tidak akan terasa getaran yang ditimbulkan.

3)      Gempa runtuhan, yaitu gempa yang terjadi karena runtuhan. Gempa ini terjadi di daerah yang terdapat banyak rongga-rongga di bawah tanah. Karena tidak kuat menahan atap rongga maka terjadilah runtuhan yang akhirnya mengakibatkan gempa. Misalnya, daerah kapur yang terdapat banyak gua-gua dan sungai bawah tanah, dan di daerah pertambangan yang terdapat rongga-rongga di bawah tanah akibat dari penggalian bahan-bahan tambang.

4)      Gempa buatan, yaitu gempa yang terjadi akibat ulah manusia. Contoh dari gempa jenis ini adalah adanya gempa yang diakibatkan peledakan bom. Bom besar dapat membuat getaran yang amat kuat sehingga mampu menghancurkan benda-benda di sekeliling kita.

Gempa menurut letak terjadinya, dapat dibedakan sebagai berikut.
1)   Gempa episentrum, yaitu gempa yang terjadi di tepi kerak/lempeng samudra maupun lempeng benua.
2)   Gempa hiposenstrum, yaitu gempa yang terjadi pada kedalaman tertentu pada lempeng samudra maupun lempeng benua.

1 komentar: